Situs Kota Cina, Marelan, Medan

Diketahui bahwa pendiri Museum Situs Kota Cina adalah Bapak Dr. Ichwan Azhari pada tahun 2010 dan
2 orang arkeolog dari luar negeri telah membantu kegiatan arkeologi di situ yaitu Dr. Edmund Edwards McKinnon dari Inggris dan Prof. Dr. Daniel Perret dari Prancis tahun 2012.
Saat kami ke sana kebetulan museum sedang dalam kegiatan renovasi.
Di dalam museum pertama kali yang kita lihat adalah poster-poster tentang kegiatan arkeologi di situ, peta jalur perdagangan di Sumatera Utara, dan beberapa situs di Indonesia yang mirip dengan Situs Kota Cina.
Setelah itu kita akan menjumpai contoh hasil sumber daya alam yang menjadi komoditas pasar masa lampau di Sumatera Utara seperti kemenyan, lada, damar,kayu manis dan kapur.
Lalu kita akan menjumpai arca-arca yang ditemukan di situs itu. Arca-arca ini ada yang bercorak Hindu dan ada juga yang bercorak Buddha. Ada beberapa arca yang terbuat dari logam. Berdasarkan penelitian ada beberapa arca yang mempunyai kemiripan dengan arca yang berada di Museum Arkeologi Singapura. Di situ juga kita akan melihat batu penanda.

Selanjutnya kita akan melihat tembikar-tembikar dan keramik-keramik yang ditemukan di situs itu. Kebanyakan sudah berupa pecahan, tetapi ada juga yang masih utuh.




Di ruang terakhir kita bisa melihat uang koin yang ditemukan di situs itu. Di situ juga ada penghargaan dan cinderamata dari rombongan yang pernah ke situ.
Selanjutnya kami pergi ke bagian belakang museum. Di situ kami dapat melihat ada kolam yang kata pekerja museum itu salah satu hasil penggalian. Kita juga dapat melihat tungku yang dibuat untuk membuat tembikar. Pekerja museum bilang itu dibuat untuk menguji cara membuat tembikar di masa lampau dan di sebelah tungku itu ada kerukan yang dari situlah ditemukan beberapa barang bersejarah.
Selesai menjelajahi museum, kami dianjurkan petugas museum untuk melihat kegiatan arkeologi. Lokasi penggalian terletak kurang lebih 10 meter dari tepi waduk. Di situ ada 2 lokasi penggalian. Lokasi pertama dipimpin oleh Pak Triboy yang luasnya 5m x 7m dan dibantu oleh penduduk sekitar. Lokasi kedua yang tidak jauh jaraknya dipimpin oleh Pak Deni yang luasnya 2m x 3m dan dibantu juga oleh penduduk sekitar.
Pertama kami berbincang-bincang dengan Pak Deni. Ia menjelaskan arkeologi adalah kegiatan mengeksplorasi dan mencari benda-benda bersejarah. Jadi arkeolog bekerja bukan untuk mencari kekayaan, tetapi mencari benda yang mempunyai sejarah.
Pak Deni memberitahu kami bahwa sebenarnya tanah tempat museum berdiri itu ingin dibangun rumah, tetapi tidak jadi. Setelah diselidiki kolam di museum itu terdapat banyak kulit kerang. Ditemukan juga pecahan-pecahan dari tanah liat dari ratusan tahun lalu, keramik, tulang, dan bekas-bekas kayu damar. Mereka mengerjakannya dengan teliti. Mereka menggali dengan sendok semen.
Daerah itu dijuluki kota cina karena di masa lalu banyak pedagang cina berlabuh di daerah itu untuk berdagang dengan penduduk lokal dan tidak sedikit yang memutuskan untuk menetap. Tetapi entah kenapa penduduk cina di sana berkurang. Kata Pak Deni mereka diperkirakan pindah ke Labuhan Deli yang belum jelas alasannya. Ia berkata dulunya tempat ini adalah pelabuhan. Pedagang cina yang datang ke sini datang dengan damai. Mereka berkomunikasi dengan bahasa cina dan melayu.
Di situ kami lihat Pak Deni dan timnya menemukan beberapa pecahan tembikar dan keramik.

Selanjutnya kami berpndah ke tempat Pak Triboy. Ia berkata dahulu masyarakat cina membentuk kelompok dan sudah berinteraksi dengan masyarakat lokal. Mereka menemukan keramik Persia, barang-barang dari Cina dan Srilanka dan Pak Triboy bilang kemungkinan tempat ini adalah tempat pertemuan berbagai bangsa dari abad ke-12. Mereka menentukan lokasi penggalian dengan GPS dan juga detektor logam. Beberapa penemuan Pak Triboy dan timnya yaitu tembikar yang masih bersifat sederhana. Pak Triboy berkata daerah tempat penggaliannya itu dulunya bagian dari danau. Oleh karena itu banyak ditemukan kulit kerang. Pak Triboy berkata penduduk di sekitar sini tidak pernah menolak untuk mengadakan penggalian. Malah mereka mendukung kegiatan ini. Tetapi pastinya Pak Triboy dan kawannya diberikan izin dari pemerintah khususnya izin dari Balai Arkeologi Medan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini