Cerpen fabel " Petualangan Sang Gagak "

Petualangan Sang Gagak

      Masa remaja bisa dikatakan sebagai masa-masa kita lebih mengenal dunia dan mengendalikan emosi kita. Mungkin itu juga yang sedang dialami oleh seekor burung gagak yang mulai beranjak dewasa. Ia pergi meninggalkan orang tuanya untuk memulai hidup baru.
      Sampailah ia di sebuah desa yang dapat dikatakan masih asri dan belum tersentuh oleh teknologi modern. Segera ia mencari pohon berdahan yang cocok baginya untuk membuat sarang. Setengah hari ia menyelesaikan sarang itu dan di malamnya ia mulai tidur di rumah barunya.
      Pagi hari, sang Gagak mulai mencari makanan. Ternyata tak semudah yang ia pikirkan, hingga sampai tengah hari ia belum mendapat apa-apa. Saat melintas sawah, ia melihat padi yang menguning. Tanpa pikir lagi, ia langsung menyambarnya. Ternyata ia tidak melihat ada petani yang siaga untuk menyerangnya. Menyadari itu, sang Gagak langsung terbang menjauh. Lalu ia melihat sepotong daging ayam di atas tumpukan sampah. Langsung ia menyambar daging itu tanpa dilihatnya anjing besar yang juga mengingini daging itu. Si Gagak langsung terbang pergi karena mengkhawatirkan keselamatannya.
      Hari mulai sore dan Gagak tidak mendapat apa-apa untuk menjadi makanannya. Ia beristirahat di dahan pohon dan memikirkan cara untuk mendapat makanan. Lalu ia melihat segerombolan merpati yang terbang menuju sebuah rumah kecil yang sudah reot. Karena penasaran, ia menghampiri merpati itu. Seekor merpati muda menyapa,"Hey, kamu siapa? Pendatang baru ya!" Sang Gagak menjawab,"Ya, saya pendatang baru dan baru sehari. Apa yang kalian tunggu disini?" Merpati muda menjawab," Ini adalah rumah seorang janda tua. Dulu pekerjaannya adalah pembuat roti. Dulu hanya di sinilah dapat ditemukan roti. Tetapi sekarang banyak orang yang sudah bosan dengan roti buatan janda tua ini. Dalam sehari, ia dapat membuat 20 buah roti. Jika ada sisa, maka ia akan memakan sebagian dan sisanya dipecah-pecahkan untuk diberikan pada kami. Tetapi, jangan pernah untuk mencuri rotinya. Tunggu saja hingga kita dapat." Sang Gagak mengerti dan ikut menunggu.
       Sudah setengah jam, roti yang yang ditunggu belum juga datang. Tanpa pikir lagi, ia terbang memutari rumah itu dan mencari celah untuk masuk ke dalamnya. Dilihatnya jendela yang terbuka dan terlihat di meja roti hangat yang sepertinya baru dikeluarkan dari pemanas. Tanpa pikir panjang, ia terbang dengan cepat menghampiri roti itu untuk segera memakannya. Tetapi, dengan cepat juga si Janda Tua mengambil kemocengnya untuk memukul si gagak. Dua pukulan ia terima sebelum terbang keluar. "Pergi kau pencuri!" teriak si janda tua. Sang Gagak tidak langsung pergi, ingin membuktikan perkataan si merpati. Dan ternyata benar, si janda tua membawa rotinya keluar, meremas dan menghancurkannya, dan melemparnya ke tanah. "Ayo makan, kawan-kawanku!" kata si Janda Tua. "Hey gagak! Besok kau boleh bergabung dengan kami. Kita makan sama-sama." teriak si Merpati Muda. Si Gagak menyetujuinya dan pulang ke sarangnya.
      Besoknya di sore hari, Sang Gagak langsung pergi ke rumah si Janda Tua dan menunggu bersama kawanan merpati. Tak lama kemudian, sang Janda Tua menaburkan remah rotinya ke tanah dan sang Gagak dengan kawanan merpati makan bersama. Begitulah san Gagak menemukan tempat tinggal baru dan cara hidup yang baru untuk membuatnya terus bertahan hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini