Bersaksi
Kesaksian
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, bersaksi
berarti 1. ada saksinya; mempunyai (memakai) saksi: surat perjanjian itu seharusnya
dibuat di atas kertas bermeterai dan - sekurang-kurangnya dua orang;2. menyatakan (mengakui) dengan
sesungguhnya.
ARTI BERSAKSI
(Yoh. 9 : 1 - 41 ; II Tim. 1 : 8)
PENDAHULUAN :
Ada kebiasaan/tradisi di
Gereja dimana anggota gerejanya diminta untuk bersaksi dalam mengisi acara
ibadah. Bahkan untuk mendorong orang mau bersaksi, diiringi dengan lagu pujian,”Bersaksi
Trus Sampai Tuhan Datang.” Pada umumnya orang memahami bahwa bersaksi itu
adalah menceritakan tentang pertolongan Tuhan dalam masalah hidupnya atau dalam
masalah hidup orang lain. Kebanyakan orang agak segan untuk bersaksi. Sebabnya
merasa malu karena tidak lancar bicara, merasa kesaksiannya hanya masalah
sepele/kecil, merasa kurang ditanggapi dan sebagainya.
Sebenarnya apa sih yang disaksikan dan apa
tujuan bersaksi di hadapan orang ? Yesus berfirman,” Jikalau Penghibur yang
Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh kebenaran yang keluar dari Bapa. Ia akan
bersaksi tentangKu. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula
bersama-sama dengan Aku.” ( Yoh. 15 : 27) Jadi bersaksi adalah bersaksi tentang Yesus. Lalu apa tujuannya ? Dalam
kitab Yoh. 1 : 6 – 7 dikatakan, ”Datanglah seorang yg diutus Allah, namanya
Yohanes. Ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu
(Yesus) supaya oleh dia (Yohanes) semua orang menjadi percaya. Jadi tujuan
kesaksian adalah supaya orang jadi beriman atau percaya pada Yesus, dan bagi
orang yang sudah percaya, lebih bertambah kepercayaannya pada Yesus.
Melalui kisah Seorang buta sejak lahirnya dan yang
kemudian disembuhkan oleh Yesus, kita akan melihat bagaimana seharusnya kita
bersaksi, sehingga kesaksian kita efektif/berhasil.
ISI RENUNGAN :
I. BERSAKSI TENTANG
PEKERJAAN TUHAN YANG MENGUBAH HIDUP KITA. ( Yoh. 9 : 10-11, 15, 24-25)
Kesaksian dari orang yang telah disembuhkan dari butanya,
“Orang yang disebut Yesus mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku, dan
berkata padaku, Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan
setelah aku membasuh diriku aku dapat melihat.” Ketika orang-orang Farisi dan
Yahudi berkata kepada orang itu, ”Katakanlah kebenaran di hadapan Allah;
kami tahu bahwa orang itu (Yesus) adalah orang berdosa. Jawab si Buta, “Apakah
orang itu orang berdosa, aku tidak tahu. Tapi satu hal yang aku tahu yaitu
bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Inilah inti dari
kesaksian. Tuhan Yesus mengubah kehidupan. Yang pada mulanya buta, sekarang
dapat melihat. Dulu berdosa, sekarang kudus, dulu sakit sekarang sembuh, dulu
murung sekarang sukacita, dulu cepat putus asa sekarang penuh pengharapan, dulu
emosional sekarang sabar, dulu kikir sekarang penderma, dulu…tambahkan sendiri.
Inilah yang Yesus ingin kerjakan dalam hidup kita.
Dia mau mengubah hidup kita. Memperbaharui hidup kita. Dalam II Kor. 3 : 18,….
kita diubah menjadi serupa dengan gambarNya, dalam kemuliaan yang semakin
besar. Kekristenan adalah perubahan dan pembaharuan diri. Dari yang hina
menjadi mulia.
Orang tidak suka barang rongsokan. Barang rongsokan
harus di daur ulang. Harus dijadikan baru. Barang-barang kuno/antik memang
dipertahankan, dirawat semakin tua usianya semakin besar nilainya, tapi
hanya sebagai barang pajangan/hiasan. Mobil kuno, arloji kuno, perangko kuno
mahal harganya, benar, tapi berfungsi hanya untuk hiasan, tapi tidak bisa
digunakan. Coba saja sendiri. Orang-orang kristen bukan sebagai
pajangan/hiasan, bukan untuk pujian tapi untuk memberi kesaksian, betapa hebat
kuat kuasa Yesus yang telah mengubah hidup kita. Orang Kristen jangan
mempertahankan hidup yang lama. Berikanlah diri kita untuk terus menerus
diperbaharui oleh Tuhan. Kesaksian adalah perubahan hidup.
Perubahan hidup terjadi, bukan karena kita banyak
berteori tentang kekeristenan. Si buta akan tetap buta, kalau hanya
memperdebatkan dosa siapa yang menjadi penyebab orang itu buta sejak lahirnya.
Murid- Murid Yesus berteori atau berteologi tentang hubungan antara dosa dan
kebutaan. Orang itu buta sejak lahirnya mungkin karena dosanya sendiri atau
dosa orang tuanya. Itulah teori atau teologi murid-murid Yesus. Yesus
menjelaskan, “Bukan karena dosa orang itu atau orang tuanya, tapi
pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia( orang buta ). Aku
harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku.(Yoh. 9:3-4) Bisa diartikan
ucapan Yesus pada murid-muridNya itu, “Orang buta itu menjadi pekerjaan kita,
marilah kita jalankan tugas kita yang diperintahkan Bapa. Kita harus menolong
dia. Bukan berteori/berteologi tentang sebab-sebab kebutaannya.”
Inilah kesaksian. Kesaksian adalah berbuat bukan
berteori. Berteori/berteologi memang perlu, tapi yang paling perlu berbuat.
Perubahan hidup terjadi kalau kita mau melangkah. Khotbah yang kita dengar
hanya sebagai teori/ teologi, kalau kita tidak siap melakukan apa yang
dikhotbahkan. Khotbah itu tidak akan mengubah hidup kita, kalau kita hanya
sebagai pendengar. Tidak mungkin teropong ada kalau Isac Newton hanya berteori
tentang hukum pemantulan dan pembiasan cahaya, tidak mungkin tenaga atom dan
nuklir bisa dimanfaatkan kalau Albert Einsten hanya berteori; mesin-mesin
pabrik, lokomotip, kapal laut bisa bergerak bukan sekedar teorinya James Watt
tentang tenaga uap, tapi tindakan dalam percobaan-percobannnya.
Sering kita dengar pengkhotbah berkata, “Memberi
perpuluhan adalah sumber berkat, yang tidak memberi perpuluhan adalah pencuri
atau perampok; membenci sama dengan membunuh; tidak memaafkan orang lain,
maka tidak akan dimaafkan Tuhan, tetapi apakah semuanya itu sudahkah kita
jalankan dalam hidup kita, baik sebagai pengkhotbah maupun sebagai anggota
Jemaat ?Bersaksi tentang Kristus akan berhasil bila ada perubahan dalam hidup
kita.
Misalkan : Ada seorang kakek tertabrak mobil. Di
tempat kejadian kecelakaan, ada para mahasiswa yang menyaksikannya hanya
memberi komentar tentang kondisi sang korban dan memprediksi apa yang bakal
terjadi kelak dengan sang kakek; Ada polisi yang sibuk membuat laporan kejadian
kecelakaan; dan ada mobil ambulance membawanya segera ke rumah sakit. Mana dari
ketiga jenis tindakan ini yang memungkinkan nyawa sang korban diselamatkan ?
Anda bisa tebak sendiri.
BERSAKSI DENGAN
PENUH KEYAKINAN (Yoh. 9: 13; 17-18, 22-25)
Si buta bersaksi dengan penuh keyakinan tentang apa
yang Tuhan Yesus telah lakukan padanya. Pada saat ia ditekan dan cenderung
diancam, ia tetap pada pendiriannya. Tidak hanya dia bersaksi Yesus yang
menyembuhkan, tapi juga ia mengakui Yesus adalah utusan Allah Bapa, seorang
nabi. Inilah kesaksian yang benar. Bersaksi dengan penuh keyakinan dan
pendirian. Pendirian dan keyakinan yang kokoh. Tidak mencla-mencle. Ya….saya
percaya Yesus Tuhan tapi….; saya percaya Yesus memberkati tapi….., ya,
saya percaya firman Tuhan, tapi…….; saya percaya kalau memberi pasti diberi,
tapi………….dsb. Kesaksian yang hidup adalah kesaksian yang didorong oleh
iman/percaya. Melakukan apa yang diperintahkan Yesus dan pengakuan si Buta
bahwa Yesus adalah Nabi, bukti bahwa si buta mempunyai iman bahwa Yesus adalah
utusan Allah.
Pada umumnya kita berkata,”Puji Tuhan, Tuhan sudah
sembuhkan saya, Tuhan sudah menolong saya, Tuhan sudah menegur saya, Tuhan
sudah menyentil saya dan sebagainya.” Apa buktinya bahwa semuanya itu dilakukan
Tuhan ? Bukankah, obat dari dokter yang kita makan yang membuat kita sembuh;
bukankah ibu Minah tukang urut yang mengurut tangan kita yang patah sehingga
sembuh ? Bukankah Pak Dodi yang menolong kita dengan memberi pekerjaan pada
kita ? Kok kecelakaan dibilang teguran Tuhan atau sentilan Tuhan ? Bukankah itu
akibat kelalaian sang sopir ? Mengapa semuanya dikatakan sebagai tindakan atau
pekerjaan Tuhan ? Jawabannya adalah iman atau keyakinan kita. Iman kita melihat
bahwa semua kejadian atau apapun yang terjadi dalam hidup kita, tidak lepas
dari pekerjaan Tuhan.
Kalau si Buta
berkata, “Tuhan Yesus yang menyembuhkan saya”, masih bisa diterima, tapi kalau
kita yang belum pernah jumpa Yesus, berkata seperti itu, apa benar, apa bisa
dipercaya ? Kita mengakui pertolongan Tuhan dan sebagainya karena iman kita,
bukan karena secara langsung Tuhan turun dari sorga lalu menolong kita.
Inilah bahasa iman. Bahasa iman sangat aneh
kedengarannya. Bahasa iman hanya bisa dimengerti oleh orang yang beriman. Orang
yang beriman bicara pada orang yang tidak beriman mengenai pertolongan
Tuhan, tidak bakal nyambung. Bagi orang yang tidak percaya/tidak beriman
walaupun menyaksikan dengan matanya sendiri mukjijat Tuhan, tetap dia tidak
percaya bahwa itu pekerjaan Tuhan. Hal itu diakui sebagai akibat sugesti,
kebetulan, atau gejala alam dan sebagainya.
Orang Yahudi dan orang Farisi bertanya kepada si
Buta, apakah betul sejak lahir dia buta dan Yesus yang mencelikannya? Si Buta
menjawab dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya, tapi mereka tidak
percaya. Mereka bertanya kepada orang tua si Buta. Setelah mendapat jawaban
bahwa si Buta itu memang buta sejak lahirnya, juga mereka tidak percaya. Kalau
orang Yahudi dan Farisi datang kekuburan kakek-neneknya si buta dan bertanya
pada mereka yang ada di dalam kubur itu, apakah cucu mereka itu
buta sejak lahirnya, lalu ada jawaban dari liang kubur, "ya , benar",
saya yakin mereka tetap tidak percaya. Memang pada dasarnya mereka tidak
percaya dan tidak mau percaya.
Roma 1 : 17 “….bertolak dari iman. memimpin kepada
iman, dan orang benar akan hidup karena iman. Jadi perubahan dan pembaharuan
bisa terjadi dalam hidup kita bila sungguh-sungguh kita beriman. Kesaksian kita
jadi efektif/ berhasil, bila ditengah-tengah pergaulan kita, di tengah-tengah
rumah tangga kita dan di tengah-tengah persekutuan kita dijalani atas dasar
iman. Masalah keuangan, kesehatan, rumah tangga, pekerjaan, dan
sebagainya harus dimani akan terjadi semakin baik. Jalani hidup dengan berpikir
positip dan optimis dan penuh harapan karena kita milik Tuhan dan Tuhan milik
kita. Kita anak Tuhan dan Tuhan Bapa kita.
PENUTUP :
Pesan Firman Tuhan pada kita adalah :
1. Marilah kita mau dan berani bersaksi tentang
Tuhan kita Yesus Kristus Yang telah mengubah hidup kita melalui kuat
kuasaNya . Menjadi orang-orang yang berpengharapan, dapat mengendalikan diri dari
segala situasi dan kondisi, mempunyai tujuan hidup yang semakin jelas.
2. Bersaksi melalui tindakan nyata kita yang
didasari oleh iman kita pada Tuhan Yesus. Di mana saja dan kapan saja.
Komentar
Posting Komentar